Sabtu, 21 Maret 2009

Hati yang Galau

Saat hati gundah, semua terasa hambar...cita rasa duniawi layaknya angin yang berlalu tanpa menyapa.
Dasar hatiku bergejolak mengingat setiap masalah yang menggantung.
Ingin segera keluar dan mengakhiri dengan senyum namun entahlah...
Aku tidak berani berucap. Aku tidak berani bermimpi.
Aku hanya bisa mengirim untaian doa pada Yang di Atas.
Bersimpuh memohon ampun atas semua keegoisanku dan berharap akan secercah cahaya 'tuk terangi jiwaku.
Jikalau Engkau mengijinkan, aku ingin hidup bersamanya...saat ini...esok...dan hingga waktu berhenti.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

sweet hahaha...

Anonim mengatakan...

hmm..ternyata kamu puitis banget.. Dan aku suka dengan pemilihan untaian kata yang kamu gunakan.
Lebih dari itu, kamu mampu membuat pembaca mengingat 'hari-hari' seperti apa yang kamu saat itu sedang kamu lewati.
Bukankah semua itu sudah berlalu? saat ini aku sadar terlalu banyak hal yang terjadi di luar dugaanku tetapi aku juga tidak bisa cepat2 menyimpulkan hal tersebut sebagai baik dan buruk. Coba ingat perkataan ini, "apa yang kita hadapi seperti kepingan 'puzzle' yang tidak jelas, mungkin dengan berlalunya hari dan ketika 'kepingan-kepingan' lain datang dan tersusun dengan rapi baru kita bisa melihat dengan lebih jelas ternyata 'kepingan puzzle' yang dulu kita anggap buruk adalah bagian kecil untuk sebuah gambar yang indah. Kepingan itu membutuhkan kepingan-kepingan lainnya.. Blessing.. Ronny Lie

Anatasia Noorsaputera mengatakan...

thanx 4 ur comment ron...
haha yups smua sudah berlalu dan hari kmrn sudah pasti jd masa lalu. Jadi tidak perlu melihat ke belakang lagi...cukup menjadikan yang lalu sebagai pelajaran untuk hari ini & bekal untuk ke depan.