Minggu, 15 Agustus 2010

Musik Bagi Penderita Autis

Di balik kekurangan setiap manusia, Tuhan tetap memberikan bekal berupa kelebihan pada diri masing-masing individu. Sebut saja Michael Anthony, anak usia 7 tahun penderita tuna netra dan autis yang pandai memainkan alat musik piano dan telah mampu menguasai lebih dari seratus lagu, mulai dari aliran klasik hingga pop. Ia juga mampu menguasai musik-musik dari Mozart, Chopin, Liszt dengan tingkatan yang sulit dilakukan oleh orang dewasa normal sekalipun. Ia cukup mendengarkannya sekali atau dua kali, dan selanjutnya ia mencari nada-nada musik yang telah didengarnya itu dengan cepat. Sementara Ade Irawan, kini 15 tahun, adalah pianis remaja yang telah malang melintang di dunia jazz dan blues hingga ke Chicago Amerika Serikat. Ade yang jago main piano secara otodidak ini, mempunyai jadwal ber-jam session dengan musisi-musisi jazz dan blues setiap pekan di kandang musik jazz dan blues Amerika itu. Kedua pianis muda ini terdaftar dalam MURI karena kemampuan tersebut di tengah keterbatasan mereka.
Autisme saat ini memang bukan hal yang asing. Di tengah era globalisasi ini, semakin banyak penderita autisme sehingga semakin banyak pula bermunculan alternative terapi yang ditujukan untuk para autisme ini. Salah satu metode untuk menangani anak-anak autis adalah terapi musik. Tujuan dari terapi musik ini adalah untuk mempertajam daya konsentrasi anak autis serta membantu mengasah kemampuan komunikasi. Pada awal mula, anak-anak autis ini diberi materi pengenalan nada, ketukan-ketukan, bunyi drum, dan sebagainya. Jika sudah menguasai materi tersebut, maka mereka dapat menguasai keterampilan lebih lanjut seperti belajar piano. Stimulasi ini bertalian erat dengan fungsi pengaturan otak pada tubuh. Dianggap dengan konsentrasi anak yang meningkat, maka fungsi tubuh lainnya juga otomatis dapat membaik.
Selain itu, menurut penelitian musik dapat berperan sebagai rangsangan luar yang membuat si anak nyaman, karena tidak terlibat kontak langsung dengan manusia. Oleh karena itu, selain meningkatkan konsentrasi anak autis terapi musik ini juga dapat meningkatkan perkembangan emosi sosial anak. Seperti yang sudah diketahui, anak autisme cenderung secara fisik mengabaikan atau menolak kontak sosial yang ditawarkan oleh orang lain. Dan terapi musik ini dapat membantu menghentikan penarikan diri tersebut dengan cara membangun hubungan dengan benda, dalam hal ini instrumen musik. Anak-anak autisme, berdasarkan hasil studi, melihat alat musik sebagai sesuatu yang menyenangkan. Anak-anak ini biasanya sangat menyukai bentuk, menyentuh dan juga bunyi yang dihasilkan. Karena itu, peralatan musik ini bisa menjadi perantara untuk membangun hubungan antara anak autisme dengan individu lain. Selain meningkatkan perkembangan emosi sosial, terapi musik juga dapat mendorong pemenuhan emosi pada anak. Sebagian besar anak autisme kurang mampu merespon rangsangan yang seharusnya bisa membantu mereka merasakan emosi yang tepat. Tapi, karena anak autisme bisa merespon musik dengan baik, maka terapi musik bisa membantu anak dengan menyediakan lingkungan yang bebas dari rasa takut.
Kegunaan lain terapi musik bagi anak autis adalah dapat membantu komunikasi verbal dan nonverbal mereka dengan cara meningkatkan produksi vokal dan pembicaraan serta menstimulasi proses mental dalam hal memahami dan mengenali. Anak-anak autisme memang memiliki hambatan dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Pada terapi ini, terapis akan berusaha menciptakan hubungan komunikasi antara perilaku anak dengan bunyi tertentu. Dan anak autisme biasanya lebih mudah mengenali dan lebih terbuka terhadap bunyi dibandingkan pendekatan verbal. Kesadaran musik ini dan hubungan antara tindakan anak dengan musik, berpotensi mendorong terjadinya komunikasi.